Ingatkah kamu sudah
berapa ratus hari aku mengejar mu...
Tahun 2020,
begitu banyak cerita yang sudah digurat secara sengaja, berawal dibulan
pertama 2020, sosok yang selalu aku goda goda di Grup Chatting secara bercanda.
Penghujung Desember 2019, Pertemuan yang sudah didambakan anak anak satu
grup untuk berkumpul bersama. hari itu hari sabtu dan aku sedang berada di
pabrik, karena pada hari itu ada inspeksi mendadak dari pihak client yang
menjadi tanggung jawab ku didaerah Tangerang. tapi tetap aku mengusahakan
kedatangan pada hari itu, karena sobat jauh akan keluar kota untuk waktu yang
tidak ditentukan dari perusahaannya.
skip cerita tentang
si kawan…
Ternyata dia yang
selalu ku goda secara bercanda juga menghadiri acara perkumpulan ini. tanpa
basa basi, gombalan demi gombalan tertuang dalam kehangatan perkumpuan kita. Pada
bulan ini bahwa cerita tentang dia kerja didekat kantor ku itu biasa saja. Tapi
cerita dia menggunakan kereta seperti yang aku gunakan sebagai transportasi
umum utama menuju kantor lah yang membuat ku lumayan kaget.
Disitu aku mulai
berpikir untuk mengajak pergi dan pulang bareng saja, toh satu jalur juga kok
menuju rumah, namun pernyataan itu aku urungkan karena, repot banget harus
pulang pergi bareng. Seminggu kemudian, benar terjadi adanya saat turun dari
stasiun, dia yang aku lihat seperti tidak asing, langkah kaki kecil yang
berjalan mulai melakukan percepatan secara gerak lurus, menuruni tangga peron dan
tidak perlu di ragukan lagi langsung saja tersapa begitu saja, sebut saja dia
Renata.
"Oit Ren.."
'eee elu, kok
bisa.....'
Ya benar, Mulai dari
sini semua kedekatan dimulai. awalnya kedekatan yang didasari karena penasaran
saja, ya walaupun penasaran, tanpa disadari aku sudah melukan banyak hal sampai
pada penghujung bulan Januari 2020. ditambah ada informasi yang menyatakan
bahwa dia sedang dalam status single. dan aku laki laki yang berstatus buaya
sudah kecipak kecipuk saja dalam persemayaman.
Kegiatan pergi pulang
bersama menjadi rutinitas yang dilakukan pada hari kerja. aku tidak pernah
untuk berpikir bahwa dia adalah gadis yang cocok untuk dijadikan pasangan. toh
dia tukang murung, ga pernah ada sosok bahagia bahagianya, walaupun lagi
ketawa. sangat jelas dan sangat bisa dinilai. tapi karena kebiasaan itu mungkin
aku yang terlebih dulu jatuh hati pada Renata, ya…
“Aku jatuh hati
kepada si pemurung.”
Mulai dari perasaan
yang muncul itu, aku memberanikan diri untuk menjemput dia untuk berangkat
kerja bareng dengan kendaraan pribadi. Renata pun menyetujuinya. Percayalah itu
adalah kali pertama aku menjemput seorang gadis di depan rumahnya.
Sepanjang perjalanan
menuju kantor jadi kaku, wah goblok lah pokoknya hahaha. Kebodohan ini terjadi selama sepekan, sampai akhirnya mulai
terbiasa. sudah bisa cerita gono gini. ternyata dia tidak semurung yang aku
kira (tapi tetep gue selalu yakin dia pemurung). jika kenal lebih dekat dia
memang berbeda. cerita yang yang dia utarakan, gestur dan intonasi khasnya
mulai aku pelajari disepanjang bulan Februari. Terimakasih Februari kamu sudah
banyak memberi kesan baik pada tahun ini.
Hingga diakhir
penghujung bulan Maret, aku memberanikan untuk menyatakan ultimatum permintaan
menjalin hubungan.
…..di salah satu cafĂ©
perkantoran daerah Sudirman sejalan pulang pada hari Jumat malam itu aku
ditolak.
"Iya, aku
ditolak dong"
Setelah ditolak, ya
sudah aku tidak menghubungi dia lagi, ya udah ditolak dan masih punya perasaan,
bukan lebih baik jika aku tenang sendiri. namun, tiga hari setelah ketiadaan
percakapan kita, Renata mengirim pesan chat, atas permintaan maafnya. Jujur
kata2 permintaan maafnya di chat itu membuat aku tidak mengerti apa maksudnya.
tapi niat minta maaf ya sudah maafkan saja hingga akhirnya kita masih bercakap
cakap ria, dan masih pergi pulang bareng. sepanjang bulan April ini, yang aku
rasakan dia mulai terbuka mulai sangat dekat, hingga sampai di penghujung bulan
April ini, aku mencoba untuk mengajaknya kembali untuk menjalin hubungan, dan
dengan niat sebagai ajakan terakhir memiliki hubungan dengan renata.
namun yang dia
katakan adalah.
"apa bener ini
yang terakhir ?"
"ga bisa dikasih
waktu dulu ?"
"Maaf, belum
bisa, kalo gue ga punya masalah kaya sekarang, gue yakin kita berdua udah
pacaran udah punya hubungan, tapi gue masih begini, kenapa sih gue pacaran lama
bangettttt"
Diatara semua temaram lampu pada malam itu, diantara
semua kegelapan yang paling gue ingat adalah dia menangis setelah mengucapkan
kalimat ini.
Damn!! aku emang suka
melihat gadis nangis, tapi ga didepan diriku sendiri. frekuansi suara tangis
benar membuktikan dia benar benar luka. Sekilas yang belum aku infokan, Bahwa
Renata baru saja patah hati di akhir tahun 2019, memiliki hubungan selama 5 tahun
udah kaya kredit mobil baru tapi ujung ujungnya di sita lising juga.
Mendengar pernyataan
itu, niat ku berubah menjadi :
- baiklah gue ga
pergi dalam segala macam kondisi
- baiklah gue
menjadikan dia satu satunya anak gadis di chat room gue
- baiklah sekarang
dia yang spesial
Setelah bulan April hingga Mei keadaan semakin
terasa berat, sikap dia yang tiba tiba berubah, seperti ada pernyataan yang
memukul mundur perjuangan gue. kadang di seperjalanan entah pergi atau balik
dari kantor ada saja pernyataan dia seperti…..
"Gue kalo deket sama orang pasti bawel
banget, Berarti lo belom bisa buat gue bawel", Apa dia lupa, tentang
kalimat yang sudah menahan gue disini. atau gue yang terlalu bodoh.
“Sekecil apa pun perhatian tetep gue anggap bukti
kalo cowo itu peduli sama gue”, Seakan akan semua cowo yang deketin dia dipukul
rata.
Mulai muncul pernyataan menentang secara tiba
tiba yang menurut ku itu adalah hal aneh setelah sekian banyak waktu yang
dihabiskan bareng.
Kadang aku sadar bahwa aku memperhatian dia terlalu ketat, mungkin itu yang buat dia berubah. tapi apa salahnya sikap yang didasari rasa peduli, toh kalo ga suka tinggal bilang. Mulai dari situ aku merenggan, dan simpati seadanya saja. namun karena sanse of belonging begitu tinggi yaaa akhirnya gitu lagi haha.
But jujur :
Dikondisi
kaya gue sekarang itu berat banget, mau perhatian berlebihan bisa dibilang
protektif.
Mau merenggang, khawatir dibilang ga serius atau cowo main main. Mau cuekin aja
dibilang dingin. Ya gue harus gimana dong , khawatir ada cowo yang lebih peduli.
Karena kondisinya gue ga punya satus. Seandainya gue punya status, pasti gue
bisa lebih kalem, masalah dia mau menyimpang, itu udah urusan dia nantinya.
Masuk Ke bulan Juni, disini bulan yang parah
banget, dimana ternyata mantannya balik lagi. jelas diriku down, mengetahui ada
nama mantannya di chat room dia. ya ngerasa jadi kutu. skip ngomongin
mantan, lanjut di bulan juli karena eksistensi keadaan mantannya kemabali, aku
jadi ragu mau lanjut atau tidak. Sempat aku bertanya karena penasaran saja, apa
mereka masih saling memendam rasa, begini percakapannya :
“Ren, lo masih kontek kontekan sama mantan lo?”
‘Engga bisa dijawab’
“Kenapa ga bisa dijawab?”
‘Ya ga bisa aja’
“Lo masih punya perasaan sama gue?”
‘Untuk sekarang masih kok’
“Ya kenapa ga bisa di jawab kalo emang ada”
Diantar kemacetan dibawah flyover cempaka putih
dia bilang
‘Kalo nanti dijawab, nanti lo nyeraaahh nanti lo berenti berjuang’
(gue pernah bilang ke dia, kalo ada yang deketin dia, bilang aja, nanti biar gue
yang nyerah, karena gue ga bisa bersaing buat cewe itu paling ga bisa)
Padahal dari hal yang tersirat artinya, emang masih ada komunikasi yang
intens gitu. Yaudah gue pura pura ga tau aja kaya keong.
Mendengar hal itu, ternyata aku cukup senang, karena ada orang yang mau aku
berjuang buat dia.
Ya benar saja aku terus berjuang, hingga di penghujung bulan, karena
keresahan terhadap mantannya, dengan kondisi aku yang bukan siapa siapa.
emosional naik ditambah beban kerjaan, jadilah aku memutuskan untuk
mengklarifikasi status perasaannya terhadap ku kembali. dia merasa bersalah
lagi lagi damn, aku juga jadi merasa bersalah karna ga mikirin sebimbang
apa Renata saat ini, kita saling minta maaf.
Agustus, September kehidupan berjalan seperti
seada-adanya saja, Suka dan cita sewajarnya saja, namun berbeda pada bulan Oktober
2020 aku di tugaskan ke luar kota 3 hari ternyata aktualnya sampai 13 hari,
selama diluar kota mood dia kembali buruk, media sosial satu satunya yang aku
miliki di blok.
Chat ku tidak dibalas dalam beberapa hari. siapa
yang tidak khawatir dengan kondisi seperti ini, dimana hari sebelum
keberangkatan juga ga ada masalah apa apa. Setelah balik dari luar kota dia
baru bisa mengklarifikasi bahwa moodnya sedang buruk dan dia butuh jauh dari gue.
"Butuh
jauh dari gue" – Kata dia
Sangat aku garis bawahi, dia benar benar berubah
drastis, mulai pada point ini aku yakin dia benar benar lelah. entah bingung
dalam memilih orang baru.
entah masih berkemelut dengan masalah perasaan
yang dia buat sendiri, aku benar benar ga ngerti ya allahhh. seminggu setelah
kembali dari luar kota, baru aku mengajak kembali untuk berangkat bareng. Dan… fix, dia berubah parah dan gue mencoba
bertanya.
"Ada apa ?"
'ga ada apa apa, emang biasanya beginikan'
Biasanya begini gimana??? biasanya kamu ga begini
T^T. Sudah cukup dengan apa yang terjadi sama dia, pulang dari kantor aku
menanyakan apa kita bisa punya hubungan.
"Maaf, Ga bisa" - Jelas Renata
Oke, tidak ada yang salah dengan jawaban
itu. aku mulai menjelaskan semuanya dengan baik baik, bahwa ini akan
berakhir dengan baik. sebelumnya aku pernah menjelaskan ke dia, kalo bukan sama
renata aku lebih milih untuk dijodohin dari pihak orang tua. aku menunjukan
hasil chat orang tua ku dan orang tua calon. alih alih agar dia tidak
berpikir macam macam dalam mengambil keputusan.
Sehari dari ini, kita pergi bareng ke kantor lagi
dengan kendaraan pribadi,
pada malam itu dia menanyakan apakah aku udah
bilang “oke” ke orang tua terkait calonnya. dengan mudahnya aku berkata
"Sudah" padahal belom. Mana mungkin bisa begitu aja setuju sama orang
yang belum aku kenal.
Terakhir, bukan aku pingin ga ngobrol lagi sama dia, tapi saat malam malam aku di tolak untuk ke tiga kalinya, dia mengklarifikasi bahwa selama dia hilang tepat saat aku sedang di luar kota, dia bilang belajar jauh dari gue, dia menjelaskan, dia belajar jauh dari gue untuk keadaan seperti ini.
Entah selama ini hanyalah kepura puraan atau bagaimana.
yang kamu lakonkan, haruskah aku percaya dangan yang kamu utarakan, karna sungguh tidak ada rasa karana semua kau bungkus dengan sandiwara halus.
ya mungkin saja kau hanya berpura pura tentang sebuah rasa,
andai kata kepura puraan itu benar, jujur saja aku menyukai cara mu berdrama. ah benar juga, bukan kamu tapi kita. anggap saja kita sama2 sedang berpura pura. walaupun aku pernah bahagia atas sesuatu yang kau anggap hanya sekedar main.
Kalo itu emang yang dia mau, baiklah biar akan
aku bantu dengan cara menjauh juga. Itu lebih adil juga buat dia. Ya
seenggaknya hidup ku pun ditahun ini ga flat banget, itu semacam hikmah yang
dipaksakan sih, tapi ga apa apa.
Dan aku minta maaf atas hinanya sikap pada diriku kala
dulu. Sekarang kamu bisa agak free juga kan Ren.. Enjoy your life.
Ga lupa, salam sama papah mamah, salam buat satpam komplek, salam buat dede sama si aneh. Jangan kecapean ditengah pandemik juga. solat jangan tinggal.
do your best, and what you wanna do.
Tertanda,