Thursday, November 19, 2020

Seutas Klarifikasi Sebenarnya

Ingatkah kamu sudah berapa ratus hari aku mengejar mu...
 

Tahun 2020, begitu  banyak cerita yang sudah digurat secara sengaja, berawal dibulan pertama 2020, sosok yang selalu aku goda goda di Grup Chatting secara bercanda. Penghujung Desember 2019, Pertemuan yang sudah didambakan anak anak  satu grup untuk berkumpul bersama. hari itu hari sabtu dan aku sedang berada di pabrik, karena pada hari  itu ada inspeksi mendadak dari pihak client yang menjadi tanggung jawab ku didaerah Tangerang. tapi tetap aku mengusahakan kedatangan pada hari itu, karena sobat jauh akan keluar kota untuk waktu yang tidak ditentukan dari perusahaannya.

skip cerita tentang si kawan…

Ternyata dia yang selalu ku goda secara bercanda juga menghadiri acara perkumpulan ini. tanpa basa basi, gombalan demi gombalan tertuang dalam kehangatan perkumpuan kita. Pada bulan ini bahwa cerita tentang dia kerja didekat kantor ku itu biasa saja. Tapi cerita dia menggunakan kereta seperti yang aku gunakan sebagai transportasi umum utama menuju  kantor lah yang membuat ku lumayan kaget.

Disitu aku mulai berpikir untuk mengajak pergi dan pulang bareng saja, toh satu jalur juga kok menuju rumah, namun pernyataan itu aku urungkan karena, repot banget harus pulang pergi bareng. Seminggu kemudian, benar terjadi adanya saat turun dari stasiun, dia yang aku lihat seperti tidak asing, langkah kaki kecil yang berjalan mulai melakukan percepatan secara gerak lurus, menuruni tangga peron dan tidak perlu di ragukan lagi langsung saja tersapa begitu saja, sebut saja dia Renata.

"Oit Ren.."

'eee elu, kok bisa.....'

Ya benar, Mulai dari sini semua kedekatan dimulai. awalnya kedekatan yang didasari karena penasaran saja, ya walaupun penasaran, tanpa disadari aku sudah melukan banyak hal sampai pada penghujung bulan Januari 2020. ditambah ada informasi yang menyatakan bahwa dia sedang dalam status single. dan aku laki laki yang berstatus buaya sudah kecipak kecipuk saja dalam persemayaman.

Kegiatan pergi pulang bersama menjadi rutinitas yang dilakukan pada hari kerja. aku tidak pernah untuk berpikir bahwa dia adalah gadis yang cocok untuk dijadikan pasangan. toh dia tukang murung, ga pernah ada sosok bahagia bahagianya, walaupun lagi ketawa. sangat jelas dan sangat bisa dinilai. tapi karena kebiasaan itu mungkin aku yang terlebih dulu jatuh hati pada Renata, ya…

“Aku jatuh hati kepada si pemurung.”

Mulai dari perasaan yang muncul itu, aku memberanikan diri untuk menjemput dia untuk berangkat kerja bareng dengan kendaraan pribadi. Renata pun menyetujuinya. Percayalah itu adalah kali pertama aku menjemput seorang gadis di depan rumahnya.

Sepanjang perjalanan menuju kantor jadi kaku, wah goblok lah pokoknya hahaha. Kebodohan ini  terjadi selama sepekan, sampai akhirnya mulai terbiasa. sudah bisa cerita gono gini. ternyata dia tidak semurung yang aku kira (tapi tetep gue selalu yakin dia pemurung). jika kenal lebih dekat dia memang berbeda. cerita yang yang dia utarakan, gestur dan intonasi khasnya mulai aku pelajari disepanjang bulan Februari. Terimakasih Februari kamu sudah banyak memberi kesan baik pada tahun ini.

Hingga diakhir penghujung bulan Maret, aku memberanikan untuk menyatakan ultimatum permintaan menjalin hubungan.

…..di salah satu cafĂ© perkantoran daerah Sudirman sejalan pulang pada hari Jumat malam itu aku ditolak.

"Iya, aku  ditolak dong"

Setelah ditolak, ya sudah aku tidak menghubungi dia lagi, ya udah ditolak dan masih punya perasaan, bukan lebih baik jika aku tenang sendiri. namun, tiga hari setelah ketiadaan percakapan kita, Renata mengirim pesan chat, atas permintaan maafnya. Jujur kata2 permintaan maafnya di chat itu membuat aku tidak mengerti apa maksudnya. tapi niat minta maaf ya sudah maafkan saja hingga akhirnya kita masih bercakap cakap ria, dan masih pergi pulang bareng. sepanjang bulan April ini, yang aku rasakan dia mulai terbuka mulai sangat dekat, hingga sampai di penghujung bulan April ini, aku mencoba untuk mengajaknya kembali untuk menjalin hubungan, dan dengan niat sebagai ajakan terakhir memiliki hubungan dengan renata.

namun yang dia katakan adalah.

"apa bener ini yang terakhir ?"

"ga bisa dikasih waktu dulu ?"

"Maaf, belum bisa, kalo gue ga punya masalah kaya sekarang, gue yakin kita berdua udah pacaran udah punya hubungan, tapi gue masih begini, kenapa sih gue pacaran lama bangettttt" 

Diatara semua temaram lampu pada malam itu, diantara semua kegelapan yang paling gue ingat adalah dia menangis setelah mengucapkan kalimat ini.

Damn!! aku emang suka melihat gadis nangis, tapi ga didepan diriku sendiri. frekuansi suara tangis benar membuktikan dia benar benar luka. Sekilas yang belum aku infokan, Bahwa Renata baru saja patah hati di akhir tahun 2019, memiliki hubungan selama 5 tahun udah kaya kredit mobil baru tapi ujung ujungnya di sita lising juga.

Mendengar pernyataan itu, niat ku berubah menjadi :

- baiklah gue ga pergi dalam segala macam kondisi

- baiklah gue menjadikan dia satu satunya anak gadis di chat room gue

- baiklah sekarang dia yang spesial

 

Setelah bulan April hingga Mei keadaan semakin terasa berat, sikap dia yang tiba tiba berubah, seperti ada pernyataan yang memukul mundur perjuangan gue. kadang di seperjalanan entah pergi atau balik dari kantor ada saja pernyataan dia seperti…..

"Gue kalo deket sama orang pasti bawel banget, Berarti lo belom bisa buat gue bawel", Apa dia lupa, tentang kalimat yang sudah menahan gue disini. atau gue yang terlalu bodoh.

“Sekecil apa pun perhatian tetep gue anggap bukti kalo cowo itu peduli sama gue”, Seakan akan semua cowo yang deketin dia dipukul rata.

Mulai muncul pernyataan menentang secara tiba tiba yang menurut ku itu adalah hal aneh setelah sekian banyak waktu yang dihabiskan bareng.

Kadang aku sadar bahwa aku memperhatian dia terlalu  ketat, mungkin itu yang buat dia berubah. tapi apa salahnya sikap yang didasari rasa peduli, toh kalo ga suka tinggal bilang. Mulai dari situ aku merenggan, dan simpati seadanya saja. namun karena sanse of belonging begitu tinggi yaaa akhirnya gitu lagi haha. 

But jujur :

Dikondisi kaya gue sekarang itu berat banget, mau perhatian berlebihan bisa dibilang protektif.
Mau merenggang, khawatir dibilang ga serius atau cowo main main. Mau cuekin aja dibilang dingin. Ya gue harus gimana dong , khawatir ada cowo yang lebih peduli. Karena kondisinya gue ga punya satus. Seandainya gue punya status, pasti gue bisa lebih kalem, masalah dia mau menyimpang, itu udah urusan dia nantinya.

Masuk Ke bulan Juni, disini bulan yang parah banget, dimana ternyata mantannya balik lagi. jelas diriku down, mengetahui ada nama mantannya  di chat room dia. ya ngerasa jadi kutu. skip ngomongin mantan, lanjut di bulan juli karena eksistensi keadaan mantannya kemabali, aku jadi ragu mau lanjut atau tidak. Sempat aku bertanya karena penasaran saja, apa mereka masih saling memendam rasa, begini percakapannya :

“Ren, lo masih kontek kontekan sama mantan lo?”

‘Engga bisa dijawab’

“Kenapa ga bisa dijawab?”

‘Ya ga bisa aja’

“Lo masih punya perasaan sama gue?”

‘Untuk sekarang masih kok’

“Ya kenapa ga bisa di jawab kalo emang ada”

Diantar kemacetan dibawah flyover cempaka putih dia bilang

‘Kalo nanti dijawab, nanti lo nyeraaahh nanti lo berenti berjuang’
(gue pernah bilang ke dia, kalo ada yang deketin dia, bilang aja, nanti biar gue yang nyerah, karena gue ga bisa bersaing buat cewe itu paling ga bisa)

Padahal dari hal yang tersirat artinya, emang masih ada komunikasi yang intens gitu. Yaudah gue pura pura ga tau aja kaya keong.

Mendengar hal itu, ternyata aku cukup senang, karena ada orang yang mau aku berjuang buat dia.

Ya benar saja aku terus berjuang, hingga di penghujung bulan, karena keresahan terhadap mantannya, dengan kondisi aku yang bukan siapa siapa. emosional naik ditambah beban kerjaan, jadilah aku memutuskan untuk mengklarifikasi status perasaannya terhadap ku kembali. dia merasa bersalah lagi lagi  damn, aku juga jadi merasa bersalah karna ga mikirin sebimbang apa Renata saat ini, kita saling minta maaf.

Agustus, September kehidupan berjalan seperti seada-adanya saja, Suka dan cita sewajarnya saja, namun berbeda pada bulan Oktober 2020 aku di tugaskan ke luar kota 3 hari ternyata aktualnya sampai 13 hari, selama diluar kota mood dia kembali buruk, media sosial satu satunya yang aku miliki di blok.

Chat ku tidak dibalas dalam beberapa hari. siapa yang tidak khawatir dengan kondisi seperti ini, dimana hari sebelum keberangkatan juga ga ada masalah apa apa. Setelah balik dari luar kota dia baru bisa mengklarifikasi bahwa moodnya sedang buruk dan dia butuh jauh dari gue.

"Butuh jauh dari gue" – Kata dia

Sangat aku garis bawahi, dia benar benar berubah drastis, mulai pada point ini aku yakin dia benar benar lelah. entah bingung dalam memilih orang baru.

entah masih berkemelut dengan masalah perasaan yang dia buat sendiri, aku benar benar ga ngerti ya allahhh. seminggu setelah kembali dari luar kota, baru aku mengajak kembali untuk berangkat bareng. Dan… fix, dia berubah parah dan gue mencoba bertanya.

"Ada apa ?"

'ga ada apa apa, emang biasanya beginikan'

Biasanya begini gimana??? biasanya kamu ga begini T^T. Sudah cukup dengan apa yang terjadi sama dia, pulang dari kantor aku menanyakan apa kita bisa punya hubungan.

"Maaf, Ga bisa" - Jelas Renata

Oke, tidak ada yang salah dengan jawaban itu.  aku mulai menjelaskan semuanya dengan baik baik, bahwa ini akan berakhir dengan baik. sebelumnya aku pernah menjelaskan ke dia, kalo bukan sama renata aku lebih milih untuk dijodohin dari pihak orang tua. aku menunjukan hasil chat orang tua ku dan orang tua calon. alih alih agar dia  tidak berpikir macam macam dalam mengambil keputusan.

Sehari dari ini, kita pergi bareng ke kantor lagi dengan kendaraan pribadi,

pada malam itu dia menanyakan apakah aku udah bilang “oke” ke orang tua terkait calonnya. dengan mudahnya aku berkata "Sudah" padahal belom. Mana mungkin bisa begitu aja setuju sama orang yang belum aku kenal.

Terakhir, bukan aku pingin ga ngobrol lagi sama dia, tapi saat malam malam aku di tolak untuk ke tiga kalinya, dia mengklarifikasi bahwa selama dia hilang tepat saat aku sedang di luar kota, dia bilang belajar jauh dari gue, dia menjelaskan, dia belajar jauh dari gue untuk keadaan seperti ini.

Entah selama ini hanyalah kepura puraan atau bagaimana. 

yang kamu lakonkan, haruskah aku percaya dangan yang kamu utarakan, karna sungguh tidak ada rasa karana semua kau bungkus dengan sandiwara halus.

ya mungkin saja kau hanya berpura pura tentang sebuah rasa,

andai kata kepura puraan itu benar, jujur saja aku menyukai cara mu berdrama. ah benar juga, bukan kamu tapi kita. anggap saja kita sama2 sedang berpura pura. walaupun aku pernah bahagia atas sesuatu yang kau anggap hanya sekedar main.

Kalo itu emang yang dia mau, baiklah biar akan aku bantu dengan cara menjauh juga. Itu lebih adil juga buat dia. Ya seenggaknya hidup ku pun ditahun ini ga flat banget, itu semacam hikmah yang dipaksakan sih, tapi ga apa apa.

Dan aku minta maaf atas hinanya sikap pada diriku kala dulu. Sekarang kamu bisa agak free juga kan Ren.. Enjoy your life.

Ga lupa, salam sama papah mamah, salam buat satpam komplek, salam buat dede sama si aneh. Jangan kecapean ditengah pandemik juga. solat jangan tinggal. 

do your best, and what you wanna do. 

Tertanda,

 

-A.P