Thursday, November 19, 2020

Seutas Klarifikasi Sebenarnya

Ingatkah kamu sudah berapa ratus hari aku mengejar mu...
 

Tahun 2020, begitu  banyak cerita yang sudah digurat secara sengaja, berawal dibulan pertama 2020, sosok yang selalu aku goda goda di Grup Chatting secara bercanda. Penghujung Desember 2019, Pertemuan yang sudah didambakan anak anak  satu grup untuk berkumpul bersama. hari itu hari sabtu dan aku sedang berada di pabrik, karena pada hari  itu ada inspeksi mendadak dari pihak client yang menjadi tanggung jawab ku didaerah Tangerang. tapi tetap aku mengusahakan kedatangan pada hari itu, karena sobat jauh akan keluar kota untuk waktu yang tidak ditentukan dari perusahaannya.

skip cerita tentang si kawan…

Ternyata dia yang selalu ku goda secara bercanda juga menghadiri acara perkumpulan ini. tanpa basa basi, gombalan demi gombalan tertuang dalam kehangatan perkumpuan kita. Pada bulan ini bahwa cerita tentang dia kerja didekat kantor ku itu biasa saja. Tapi cerita dia menggunakan kereta seperti yang aku gunakan sebagai transportasi umum utama menuju  kantor lah yang membuat ku lumayan kaget.

Disitu aku mulai berpikir untuk mengajak pergi dan pulang bareng saja, toh satu jalur juga kok menuju rumah, namun pernyataan itu aku urungkan karena, repot banget harus pulang pergi bareng. Seminggu kemudian, benar terjadi adanya saat turun dari stasiun, dia yang aku lihat seperti tidak asing, langkah kaki kecil yang berjalan mulai melakukan percepatan secara gerak lurus, menuruni tangga peron dan tidak perlu di ragukan lagi langsung saja tersapa begitu saja, sebut saja dia Renata.

"Oit Ren.."

'eee elu, kok bisa.....'

Ya benar, Mulai dari sini semua kedekatan dimulai. awalnya kedekatan yang didasari karena penasaran saja, ya walaupun penasaran, tanpa disadari aku sudah melukan banyak hal sampai pada penghujung bulan Januari 2020. ditambah ada informasi yang menyatakan bahwa dia sedang dalam status single. dan aku laki laki yang berstatus buaya sudah kecipak kecipuk saja dalam persemayaman.

Kegiatan pergi pulang bersama menjadi rutinitas yang dilakukan pada hari kerja. aku tidak pernah untuk berpikir bahwa dia adalah gadis yang cocok untuk dijadikan pasangan. toh dia tukang murung, ga pernah ada sosok bahagia bahagianya, walaupun lagi ketawa. sangat jelas dan sangat bisa dinilai. tapi karena kebiasaan itu mungkin aku yang terlebih dulu jatuh hati pada Renata, ya…

“Aku jatuh hati kepada si pemurung.”

Mulai dari perasaan yang muncul itu, aku memberanikan diri untuk menjemput dia untuk berangkat kerja bareng dengan kendaraan pribadi. Renata pun menyetujuinya. Percayalah itu adalah kali pertama aku menjemput seorang gadis di depan rumahnya.

Sepanjang perjalanan menuju kantor jadi kaku, wah goblok lah pokoknya hahaha. Kebodohan ini  terjadi selama sepekan, sampai akhirnya mulai terbiasa. sudah bisa cerita gono gini. ternyata dia tidak semurung yang aku kira (tapi tetep gue selalu yakin dia pemurung). jika kenal lebih dekat dia memang berbeda. cerita yang yang dia utarakan, gestur dan intonasi khasnya mulai aku pelajari disepanjang bulan Februari. Terimakasih Februari kamu sudah banyak memberi kesan baik pada tahun ini.

Hingga diakhir penghujung bulan Maret, aku memberanikan untuk menyatakan ultimatum permintaan menjalin hubungan.

…..di salah satu cafĂ© perkantoran daerah Sudirman sejalan pulang pada hari Jumat malam itu aku ditolak.

"Iya, aku  ditolak dong"

Setelah ditolak, ya sudah aku tidak menghubungi dia lagi, ya udah ditolak dan masih punya perasaan, bukan lebih baik jika aku tenang sendiri. namun, tiga hari setelah ketiadaan percakapan kita, Renata mengirim pesan chat, atas permintaan maafnya. Jujur kata2 permintaan maafnya di chat itu membuat aku tidak mengerti apa maksudnya. tapi niat minta maaf ya sudah maafkan saja hingga akhirnya kita masih bercakap cakap ria, dan masih pergi pulang bareng. sepanjang bulan April ini, yang aku rasakan dia mulai terbuka mulai sangat dekat, hingga sampai di penghujung bulan April ini, aku mencoba untuk mengajaknya kembali untuk menjalin hubungan, dan dengan niat sebagai ajakan terakhir memiliki hubungan dengan renata.

namun yang dia katakan adalah.

"apa bener ini yang terakhir ?"

"ga bisa dikasih waktu dulu ?"

"Maaf, belum bisa, kalo gue ga punya masalah kaya sekarang, gue yakin kita berdua udah pacaran udah punya hubungan, tapi gue masih begini, kenapa sih gue pacaran lama bangettttt" 

Diatara semua temaram lampu pada malam itu, diantara semua kegelapan yang paling gue ingat adalah dia menangis setelah mengucapkan kalimat ini.

Damn!! aku emang suka melihat gadis nangis, tapi ga didepan diriku sendiri. frekuansi suara tangis benar membuktikan dia benar benar luka. Sekilas yang belum aku infokan, Bahwa Renata baru saja patah hati di akhir tahun 2019, memiliki hubungan selama 5 tahun udah kaya kredit mobil baru tapi ujung ujungnya di sita lising juga.

Mendengar pernyataan itu, niat ku berubah menjadi :

- baiklah gue ga pergi dalam segala macam kondisi

- baiklah gue menjadikan dia satu satunya anak gadis di chat room gue

- baiklah sekarang dia yang spesial

 

Setelah bulan April hingga Mei keadaan semakin terasa berat, sikap dia yang tiba tiba berubah, seperti ada pernyataan yang memukul mundur perjuangan gue. kadang di seperjalanan entah pergi atau balik dari kantor ada saja pernyataan dia seperti…..

"Gue kalo deket sama orang pasti bawel banget, Berarti lo belom bisa buat gue bawel", Apa dia lupa, tentang kalimat yang sudah menahan gue disini. atau gue yang terlalu bodoh.

“Sekecil apa pun perhatian tetep gue anggap bukti kalo cowo itu peduli sama gue”, Seakan akan semua cowo yang deketin dia dipukul rata.

Mulai muncul pernyataan menentang secara tiba tiba yang menurut ku itu adalah hal aneh setelah sekian banyak waktu yang dihabiskan bareng.

Kadang aku sadar bahwa aku memperhatian dia terlalu  ketat, mungkin itu yang buat dia berubah. tapi apa salahnya sikap yang didasari rasa peduli, toh kalo ga suka tinggal bilang. Mulai dari situ aku merenggan, dan simpati seadanya saja. namun karena sanse of belonging begitu tinggi yaaa akhirnya gitu lagi haha. 

But jujur :

Dikondisi kaya gue sekarang itu berat banget, mau perhatian berlebihan bisa dibilang protektif.
Mau merenggang, khawatir dibilang ga serius atau cowo main main. Mau cuekin aja dibilang dingin. Ya gue harus gimana dong , khawatir ada cowo yang lebih peduli. Karena kondisinya gue ga punya satus. Seandainya gue punya status, pasti gue bisa lebih kalem, masalah dia mau menyimpang, itu udah urusan dia nantinya.

Masuk Ke bulan Juni, disini bulan yang parah banget, dimana ternyata mantannya balik lagi. jelas diriku down, mengetahui ada nama mantannya  di chat room dia. ya ngerasa jadi kutu. skip ngomongin mantan, lanjut di bulan juli karena eksistensi keadaan mantannya kemabali, aku jadi ragu mau lanjut atau tidak. Sempat aku bertanya karena penasaran saja, apa mereka masih saling memendam rasa, begini percakapannya :

“Ren, lo masih kontek kontekan sama mantan lo?”

‘Engga bisa dijawab’

“Kenapa ga bisa dijawab?”

‘Ya ga bisa aja’

“Lo masih punya perasaan sama gue?”

‘Untuk sekarang masih kok’

“Ya kenapa ga bisa di jawab kalo emang ada”

Diantar kemacetan dibawah flyover cempaka putih dia bilang

‘Kalo nanti dijawab, nanti lo nyeraaahh nanti lo berenti berjuang’
(gue pernah bilang ke dia, kalo ada yang deketin dia, bilang aja, nanti biar gue yang nyerah, karena gue ga bisa bersaing buat cewe itu paling ga bisa)

Padahal dari hal yang tersirat artinya, emang masih ada komunikasi yang intens gitu. Yaudah gue pura pura ga tau aja kaya keong.

Mendengar hal itu, ternyata aku cukup senang, karena ada orang yang mau aku berjuang buat dia.

Ya benar saja aku terus berjuang, hingga di penghujung bulan, karena keresahan terhadap mantannya, dengan kondisi aku yang bukan siapa siapa. emosional naik ditambah beban kerjaan, jadilah aku memutuskan untuk mengklarifikasi status perasaannya terhadap ku kembali. dia merasa bersalah lagi lagi  damn, aku juga jadi merasa bersalah karna ga mikirin sebimbang apa Renata saat ini, kita saling minta maaf.

Agustus, September kehidupan berjalan seperti seada-adanya saja, Suka dan cita sewajarnya saja, namun berbeda pada bulan Oktober 2020 aku di tugaskan ke luar kota 3 hari ternyata aktualnya sampai 13 hari, selama diluar kota mood dia kembali buruk, media sosial satu satunya yang aku miliki di blok.

Chat ku tidak dibalas dalam beberapa hari. siapa yang tidak khawatir dengan kondisi seperti ini, dimana hari sebelum keberangkatan juga ga ada masalah apa apa. Setelah balik dari luar kota dia baru bisa mengklarifikasi bahwa moodnya sedang buruk dan dia butuh jauh dari gue.

"Butuh jauh dari gue" – Kata dia

Sangat aku garis bawahi, dia benar benar berubah drastis, mulai pada point ini aku yakin dia benar benar lelah. entah bingung dalam memilih orang baru.

entah masih berkemelut dengan masalah perasaan yang dia buat sendiri, aku benar benar ga ngerti ya allahhh. seminggu setelah kembali dari luar kota, baru aku mengajak kembali untuk berangkat bareng. Dan… fix, dia berubah parah dan gue mencoba bertanya.

"Ada apa ?"

'ga ada apa apa, emang biasanya beginikan'

Biasanya begini gimana??? biasanya kamu ga begini T^T. Sudah cukup dengan apa yang terjadi sama dia, pulang dari kantor aku menanyakan apa kita bisa punya hubungan.

"Maaf, Ga bisa" - Jelas Renata

Oke, tidak ada yang salah dengan jawaban itu.  aku mulai menjelaskan semuanya dengan baik baik, bahwa ini akan berakhir dengan baik. sebelumnya aku pernah menjelaskan ke dia, kalo bukan sama renata aku lebih milih untuk dijodohin dari pihak orang tua. aku menunjukan hasil chat orang tua ku dan orang tua calon. alih alih agar dia  tidak berpikir macam macam dalam mengambil keputusan.

Sehari dari ini, kita pergi bareng ke kantor lagi dengan kendaraan pribadi,

pada malam itu dia menanyakan apakah aku udah bilang “oke” ke orang tua terkait calonnya. dengan mudahnya aku berkata "Sudah" padahal belom. Mana mungkin bisa begitu aja setuju sama orang yang belum aku kenal.

Terakhir, bukan aku pingin ga ngobrol lagi sama dia, tapi saat malam malam aku di tolak untuk ke tiga kalinya, dia mengklarifikasi bahwa selama dia hilang tepat saat aku sedang di luar kota, dia bilang belajar jauh dari gue, dia menjelaskan, dia belajar jauh dari gue untuk keadaan seperti ini.

Entah selama ini hanyalah kepura puraan atau bagaimana. 

yang kamu lakonkan, haruskah aku percaya dangan yang kamu utarakan, karna sungguh tidak ada rasa karana semua kau bungkus dengan sandiwara halus.

ya mungkin saja kau hanya berpura pura tentang sebuah rasa,

andai kata kepura puraan itu benar, jujur saja aku menyukai cara mu berdrama. ah benar juga, bukan kamu tapi kita. anggap saja kita sama2 sedang berpura pura. walaupun aku pernah bahagia atas sesuatu yang kau anggap hanya sekedar main.

Kalo itu emang yang dia mau, baiklah biar akan aku bantu dengan cara menjauh juga. Itu lebih adil juga buat dia. Ya seenggaknya hidup ku pun ditahun ini ga flat banget, itu semacam hikmah yang dipaksakan sih, tapi ga apa apa.

Dan aku minta maaf atas hinanya sikap pada diriku kala dulu. Sekarang kamu bisa agak free juga kan Ren.. Enjoy your life.

Ga lupa, salam sama papah mamah, salam buat satpam komplek, salam buat dede sama si aneh. Jangan kecapean ditengah pandemik juga. solat jangan tinggal. 

do your best, and what you wanna do. 

Tertanda,

 

-A.P

Monday, October 23, 2017

[Part 3] I'm Stay


Sudah 3 tahun berlalu..

Yudisium telah usai sebentar lagi adalah hari terakhir gue bisa ngeliat dia, intensitas memikirkan apa yang akan gue lakuin buat dia saat wisuda jauh lebih banyak dari pada mikirin uang semesteran gue yang ke pake buat foya foya. saat saat yudisium adalah saat dimana anak anak sekampus berkumpul lagi dari sekian lama kita memikirkan tugas akhir masing masing, ada kabar bahwa dia melakukan tugas akhirnya di pulau sebrang sebenarnya bukan sekedar mendengar kabar tapi gue nanya langsung dari dosennya karna keingintahuan gue. Karena anak anak akan berkumpul kembali di satu ruangan yang tidak begitu besar dimana 4 program studi dibuat per baris dengan jumlah kursi 231 kursi yang berarti gue punya peluang sebanyak 1 per 57.75 Cuma 1.73% untuk bisa ngeliat dia lagi, karena selintas terpikir juga apa yang gue rindukan tentang masa masa awal gue mulai mengagumi hingga mulai menyukai.
Dari bulan ke bulan, hari ke hari, menit ke menit, detik ke detik, Palembang ke Tanggerang, Tanggerang ke Bogor, Bogor ke Bekasi, sampe Bekasi ke Palembag lagi gue masih aja ga punya langkah awal sekedar buat katakan "hai" yang akan diakhiri dengan katakan "bye" merupakan kisah romansan anak jaman sekarang wahaha. tapi tenang gue tidak begitu karena evolusi didiri gue yang sekarang gue ngerasa daya pikir gue udah beda dengan prinsip prinsip kehidupan yang mulai berubah. Ada yang ingin gue ceritakan dari kisah gue di yudisium kemarin ahaha, ketika gue hampir telat datang untuk yudisium, sebenernya sih sengaja males aja ngantri berdiri cuma buat absen.
Dari awal gue masuk sampe selesai acara yudisium gue ga bisa nemu posisi dia, ada saat saat dimana gue bisa ngeliat dia fokus tanpa peduli sekitar gue , yaitu saat dimana sesi foto bersama dengan para petinggi kampus, disitu gue liat posisi dia berada di sebelah kiri dari posisi gue arah jam 11. gue fokus ke semua gaya saat kelas mereka akan difoto, gue sempat tersenyum melihat gaya dari mimik mukanya yang biasa dan sederhana namun memikat, dan gue ngerasa ga salah terpikat oleh sebuah kesederhanaan tanpa adanya artifisial. Dan yang bikin bergetar ketika gue liat dia jelas senyumnya makin lebar, entah karena ada doinya di arah jam 4 dari posisi gue, atau dia sedang bercanda sama temennya. Yang jelas gue seneng masih ada simpul di mukanya yang melebar ahaha, karena ini suatu yang ga pernah gue jumpai selama kuliah 3 tahun di kampus,
Dibulan agustus, kita melaksanakan wisuda. Gue ada di bangku paling belakang, didepan barisan orang tua para siswa, itu adalah momen gue bisa liat si hawa ini untuk yang terakhir, dia make kebaya dengan warna gelap namun tidak mengurangi ciri khas dia sebagai cewek yang ga anggun, gue yakin bagnet pasti bakal keliatan, karena dia merupakan mahasiswi yang mendapat gelar pujian dan mahasiswa berprestasi, pasti orang tuanya bangga sama doi, gue juga begitu dapet apa yang dia dapet, tapi orang tua gue ga hadir pada hari itu soalnya gue yang ngelarang haha, posisi orang tua gue digantikan dengan sohib gue, Sahlan, Harley dan Wandi. Mereka yang nyuruh gue buat katakan “hai” untuk yang pertama dan terakhir di kondisi begini, namun gue urungkan, karna yg gue liat dia lagi bahagia2nya sama doi dan teman2nya. Haha
Sebenarnya masih banyak event event istimewa yang ga bisa gue ketik disini, sengaja biar jadi kenangan dan sejarah tersendiri, bahwa gue pernah ngerasain suka ke lawan jenis sampe sebegini. Dan setidaknya kehidupan kampus gue jadi ga flat banget. (lol).
 Kalimat terakhir yang bisa gue tuang disini,
“as the last hope with this page, and what happened in the last three years, could be the last“
#Terimakasih
Palembang, 10 Oktober 2016
Repost – Happy Birthday – One Of Your Fans.


[Part 2] Let Her Go! : I Still! Can’t Do It!

Sebenernya agak parno juga bikin postingan beginian takut doi-nya ngebaca ahahaha, tapi tenang akan gue lanjutkan (siap babak belur biar badan hancur lebur!!).

Teringat dari beberapa kejadian didalam kisah syahdu ini (seperti malam minggu terakhir gue di 2014 yang syahdu), gue juga ga ngerti mengapa harus keingat,  dimulai dari yang awalnya masuk ke Peleton II (istilah kelompok yangg digunakan dalam pendidikan) dan gue ga sadar awalnya ada si hawa ini, hingga sampai suatu saat kita dikumpulkan oleh tentara yang kemacoannya tak perlu dipertanyakan untuk makan bersama di koridor dan saat itu gue baru sadar ada dia di peleton gue karena dia duduk di depan gue dan gue tergelak kagum walaupun dia sedang dekil dekilnya, namun ada yang tak tertutupi oleh kedekilannya ahaha.

Pernah diawal minggu pertama setalah masa orientasi siswa selesai, gue dan temen gue (sahlan) pergi mencari alat pelindung diri untuk praktikum kimia, kita pergi ke pertokoan dan tidak sengaja mertemu si hawa dan raku, Lalu kita bertegur sapa pada raku saja hingga raku memperkenalakan si hawa, ia tidak mengenalakan si hawa dengan sebutan temannya atau pacarnya, seenggaknya untuk pertamakalinya gue bisa bertatap muka sama si hawa saat dia udah ga dekil lagi haha.  :p

Pernah ketika suatu waktu dia megang pundak gue sehabis upacara bendera, niat gue yang mau ke kantin sehabis upacara ternyata membawa berkah tiba tiba aja ada terpeleset kecil dan memegang pundak gue dari belakang padahalkan gue kan ga make parfum AXE (parfum yang bikin bidadari lupa diri itu), bertepatan pada saat terpeleset kecil itu gue mendengar sebuah gumaman kecil dari mulutnya, “upps... Sorry”. Mendengar gumaman lemah lembut nan syahdu ini mata gue yang sipit makin sipit dan tanpa reflek apa apa atau membalas gumamannya setelah gue mengetahui yg megang pundak gue itu dia si hawa ini ( bagai rejeki tuhan yang tak pernah terduga) T_____T

Pernah ketika apel pagi gue dibarisan gue dan dia juga di barisan dia ahahah, kita berbeda bariasan karena kita beda kelas ahahhahaha (jelaslah bego) nah gue ini ya sekedar curi curi pandang aja ke barisan dia, tapi yang luar biasanya pandangan gue ke dia itu jarang ada kepala orang yang menghalangi pemandangan gue, (woaha ha ha ha, bahagia gue gokil).

Pernah ketika dia lewat koridor pada saat pelaksanaan pekan kreatifitas mahasiswa temen gue ini memanfaatkan gue yang sedang asik main RPG, temen gue bilang, “itu aldhi itu aldhi itu aldhi” dan gue tetep bersikap cool dan ga peduli apa apa (dalem hati persetan dengan teman gue ini) si hawa ini cuma bilang, “apaan sih” pasti dia kesal karena sikap temen gue ini, gue juga ga ngerti yang jelas ketika dia lewat depan gue pada langkahnya terjadi suatu perstiwa gerak lurus diperlambat berubah beraturan dan kepalanya menoleh kearah koridor yang udah dia lewatin (arah tenggara dari posisi awal yang menghadap barat)  yang sedang bermain, mungkin dia memberi kesan sinis kepada temen gue yang ngeluarin jigong tadi. dia berada tepat diarah jam 2 dari gue.

Pernah juga saat peken kreatifitas mahasiswa ada kompetisi Ranking Satu, menjawab pertanyaan dengan system Knock Out. Seneng aja bisa liat gaya dia mikir, namun sayang dia out duluan, wajar aja, karena kita dijemur disuruh mikir di lapangan, manurut gue, cewe mana bisa begitu. haha

Pernah, pernah, dan pernah. Jika disimpulakan secara garis besarnya adalah gue cuman sekedar lelaki pengecut doang, berbeda dengan si Raku yang gue denger perjuangan si Raku ini buat dapetin si hawa luar biasa, dengan tinggi badan 165 cm, berat 67Kg dan doi-nya pinter, berkacamata (gue anggap kacamata itu bikin seksi), bahkan humoris yang berbanding terbalik sama gue lah wkwkwk. Dan lo yang sekarang sebagai doi-nya harus inget “bukan cuma lo doang yang mau bahagiain dia” tapi banyak, termasuk gue.

Palembang, 23 Desember 2015
#to be continue

-Aldhi

[Part 1] Let Her Go! : I Can't Do Anything

Memiliki perasaan kepada orang adalah hal yang wajar, karena gue cuma cowok biasa tanpa bakat sepesial seperti Nobita, udah dua tahun belakangan ini gue suka sama anak manusia, dia cantik, dia pinter, dan kita juga memiliki hal yang sama hem hemm.. sama sama disukain cowok *hening
Sedari dulu gue cuma cowo pemalu dengan para manusia berjenis hawa yang khususnya buat spesies yang gue anggap sepesial, kalo ketemu gue ga bisa nyapa, andai kata kita saling kenal dan memulai pembicaraan pun gue sangat canggung, kalo mau agresif ga tau harus gimana, yang gue tau cara untuk menyampaikan sebuah perasaan adalah dengan cara menatap dari kejauhan dengan diam diam mendoakan yang terbaik, ga sedih juga sih, karena yang gue tau dari diri gue adalah gue sendiri masih bau kencur dan merasa bukan yang terbaik buat cewe ini.
Dari awal semester kampus kita selalu mengadakan apel pagi, gue di barisan gue dan dia dibarisannya gue melihat dia dari sudut barisan gue kebarisannya dan gue sadar bukan cuma gue yang liat dia, tapi ada temen gue yang ngeliat dia juga namanya sebut saja Raku, yang gue rasain pas gue liat dia adalah dia memandang balik ke gue entah ini kepercayaan diri dari mana tapi yang gue pikir itu hanya hal yang mustahil terjadi, karena kemungkinan besar dia melihat ke Raku karena yang gue lihat, Raku dan cewe ini dari dulu emang akrab dan dekat.
Pada waktu waktu yang lalu, gue dapet kabar bahwa perempuan berjenis hawa yang gue sukain ini udah punya pacar yang ternyata temen sekelas gue sendiri, dan gue tetep ga sedih karena yang gue tau kalo gue suka cewe pasti sesaat aja, sesaat seperti biasanya yang beberapa waktu lagi akan hilang rasanya. tapi... tidak seperti yang gue pikirkan bener bener ga bisa hilang, gue ngerti sekarang kenapa Sherlock Holmes ga mau terlalu deket dengan manusia jenis hawa, bisa ngerusak otak kiri gue yang harusnya bisa fokus sama segala teorema teorema penting, sekarang malah terisi sama manusia hawa yang tak diundang, otak gue cuma ada dua bagian, yang kanan buat seni, yang kiri buat perencanaan, sekarang otak kanan gue udah mulai mengkhayal keajaiban keajaiban Tuhan yang terjadi sama dia, dan yang kiri udah mulai terdistorsi dengan apa yang namanya manusia hawa dengan berbagai macam perencanaan buat dapetin dia, tapi niat itu gue urungkan karena takut pertemanan kita rusak. (sebenernya takut kena bogem mentah nih)
Bukan pertama kalinya gue begini, tp yang lalu lalu itu gampang hilang, karena pada waktu yang lalu sebagian yang gue katakan adalah kebohongan dan sebagian yang gue lakukan adalah kebrengsekan dan gue ngerti betapa berdosanya gue melucuti mahkluk hawa dengan lidah srigala dan gigi buaya yang gue punya (kesannya gue mirip gozila di film ultramen nih). Lanjut, namun ada yang gue heran entah ini kegeeran gue atau bagaimana, setiap gue ngeliat dia dari jauh bertepatan dengan dia nengok ke arah gue, apa ada doi-nya di belakang gue, atau temennya gue juga ga ngerti. yang jelas nyeessss banget lah ahaha. dan satu hal yang paling gue ga nyangka ketika gue main game online sebut saja getrich ahahah, permainan dunia ini wkwk, niat gue mau main secara cepat doang tapi ada perasaan untuk membuat server dan bermain dengan teman2 gue doang, hingga sampai saat gue membuka tab daftar pertemanan yang sedang didalam permainan, ternyata ada hal seperti ini dalam hidup gue. AMAZING!

*Gambar keajaiban tuhan yang pernah ngebuat mata minimalis gue jadi melotot.
*Bisa dilihat "Ticket" yang gue punya masih 3/3 itu bukti gue belum main sama sekali.
Cuma ada dia satu satunya manusia yang online dalam hape gue, awalnya gue tau kalo temen gue udah nge-add dia sebagi temen gue, karena betapa kesalnya mereka dengan gue yang ga jantan sebagai pemilik hormon testosteron, gue juga sadar adalah ketidak pantasan bagi pemilik hormon progeseron buat bertindak agresif.
Ketika gue mau invite si hawa ini, ternyata otak kiri gue mulai banyak konflikasi lagi yaitu sebagai berikut:
· apa yang akan dia pikirkan kalo gue invite dia, sedang dia mungkin saja tau perasaan gue dari temen temen gue yang banyak jigong ini.
· kalo gue invite dan dia lagi ada dalam permainan pasti gue ganggu dia *sok bijak neeh* wkwk
· belum lagi kalo ternyata yang megang hapenya adalah pacarnya si temen gue ni, bisa kena bogem gue di kelas besok. :o
Dan otak kanan gue:
·         Kapan lagi ada momen kaya gini!
·         Kita duel berdua aja kali yak!
·         Dia invite gue duluan kek (ekspetasi receh belaka) T_T
Dan dengan otak yang sudah berasumsi seperti itu, juga diikuti keingina luhur yang kuat untuk tidak mengganggu hubungan orang maka gue mengurungkan niat gue dengan tempo yang sesingkat singkatnya - Palembang, 22 Oktober 2015.
“Hide and watch you from a distance.”

to be continue.....